KISAH PERJUANGAN SEORANG IBU :)
Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang
memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia,
tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang. Ibunya
bersusah payah seorang diri membesarkan anaknya, dan disaat itu kampung
tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut
diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih
menjahitkan baju untuk sang anak.
Saat memasuki musim
gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas.Tetapi justru saat
itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa
lagi bekerja disawah. Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan
membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak
mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras
tersebut. Dan kemudian berkata kepada ibunya:
" Ma, saya mau
berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah".
Ibunya
mengelus kepala anaknya dan berkata : "Kamu memiliki niat seperti itu
mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan
khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan
menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama
yang akan bawa kesana".
Karena sang anak tetap bersikeras
tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut.
Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya. Sang
anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan
merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.
Tak
berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya
datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.
Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya
dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata :
"
Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian
lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin
saya ini tempat penampungan beras campuran".
Sang ibu ini pun malu
dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.
Awal
Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin.
Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong
tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata:
"Masih
dengan beras yang sama". Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu
dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : "Tak perduli
beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus
dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak
tidak bisa matang sempurna. Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya
tidak bisa menerimanya".
Sang ibu sedikit takut dan
berkata : "Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi
bagaimana?"
Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata :
"Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam-macam
jenis beras?"
Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu
tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.
Awal
bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali
marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama
kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama.
Bawa pulang saja berasmu itu!".
Dengan berlinang air mata
sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan
saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis".
Setelah
mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata
apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung
celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan
membengkak. Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya
menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah,
apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau
berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang
dan menyuruhnya bersekolah lagi." Selama ini dia tidak memberi tahu
sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai
harga diri anaknya.
Setiap hari pagi-pagi buta dengan
kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk
mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri.
Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.
Pada
saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun
mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan
berkata: "Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya
bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu."
Sang ibu
buru- buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi
mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga
dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan
kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."
Akhirnya
masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam
kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut
selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus
masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point. Dihari
perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini
duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak
murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang
diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.
Pengawas
sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu
ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun
menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata :
"Inilah
sang ibu dalam cerita tadi." Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang
sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar.
Anak dari sang
ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya
menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun
saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut tertuju kepada
anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat ibunya dan
berkata: "Oh Mamaku……"
Catatan Sekolah
Sabtu, 24 Maret 2012
Nyanyian Sahabat
persahabatan adalah hidup
ia mengalir di darahku
bergetar di nadiku
berirama dengan tiap detak jantung
persahabatan adalah kokoh
setegar batu karang
seperti tembok cina
meski raga tumbang
ia akan selalu tegak dalam dada yang memendam langit
nyanyian ini untukmu kawan
untuk setiap gelas yang tak sempat kau teguk
untuk kebahagiaan yang belum lama kau rasakan
dari luka yang panjang
nyanyian ini untukmu kawan
untuk setiap langkah yang kau jejakkan
pada jalan-jalan takdir yang menggurat di telapak kaki
untuk kebersamaan kita di detik terakhir
dan untuk semua kebisingan ini
persahabatan adalah nyanyian
ia mengaun dalam setiap desah nafasku
Nah, kalau yang kedua ini puisinya Kahlil Gibran yang bercerita tentang persahabatan.
persahabatan adalah hidup
ia mengalir di darahku
bergetar di nadiku
berirama dengan tiap detak jantung
persahabatan adalah kokoh
setegar batu karang
seperti tembok cina
meski raga tumbang
ia akan selalu tegak dalam dada yang memendam langit
nyanyian ini untukmu kawan
untuk setiap gelas yang tak sempat kau teguk
untuk kebahagiaan yang belum lama kau rasakan
dari luka yang panjang
nyanyian ini untukmu kawan
untuk setiap langkah yang kau jejakkan
pada jalan-jalan takdir yang menggurat di telapak kaki
untuk kebersamaan kita di detik terakhir
dan untuk semua kebisingan ini
persahabatan adalah nyanyian
ia mengaun dalam setiap desah nafasku
Nah, kalau yang kedua ini puisinya Kahlil Gibran yang bercerita tentang persahabatan.
Oh.... Ibu
ibu..
kenapa aku menyebutmu ibu..
kenapa aku memanggilmu ibu..
kenapa aku selalu ingin menamakanmu ibu…
Ibu..
karena engkau telah memberi yang tak dapat di beri oleh siapapun..
engkau mengasihi tak sebanding dengan kasih apapun..
engkau juga memberi kehidupan, semangat serta cinta tak seperti cinta siapapun..
Ibu..
aku masih sering melupakanmu..
aku terlalu sering berdosa padamu..
aku bahkan terlalu sering mangampangkan hidupku tanpamu..
Nyatanya aku masih tak bisa hidup tanpamu..
ibu..
kenapa aku menyebutmu ibu..
kenapa aku memanggilmu ibu..
kenapa aku selalu ingin menamakanmu ibu…
Ibu..
karena engkau telah memberi yang tak dapat di beri oleh siapapun..
engkau mengasihi tak sebanding dengan kasih apapun..
engkau juga memberi kehidupan, semangat serta cinta tak seperti cinta siapapun..
Ibu..
aku masih sering melupakanmu..
aku terlalu sering berdosa padamu..
aku bahkan terlalu sering mangampangkan hidupku tanpamu..
Nyatanya aku masih tak bisa hidup tanpamu..
Ibu..
masih banyak kesempatan yang terlewat..
aku masih terlalu egois untuk berani tak membutuhkanmu..
masih sering aku memikirkan yang lain tanpa memperdulikanmu..
dan bahagia itu sering kutinggalkan demi urusan tak pentingku..
masih banyak kesempatan yang terlewat..
aku masih terlalu egois untuk berani tak membutuhkanmu..
masih sering aku memikirkan yang lain tanpa memperdulikanmu..
dan bahagia itu sering kutinggalkan demi urusan tak pentingku..
Ibu..
Maafkan aku..
maafkan semua khilafku..
maafkan atas keegoisan ini..
tapi aku tau, tanpa memintapun engkau telah memberi..
Selamat Hari Ibu..
Ini harimu, semua manusia mengingatmu..
Engkau agung, Engkau harapanku..
Dan aku akan selalu menyayangimu..
Selamanya..
Karena Engkau kami ada, dan Untuk Ibu kami akan selalu ada
Cinta Ibu
Ibu,
Saat ini
aku rasakan hati ini semakin rawan,
Apakah itu tanda sebuah
kerapuhan hati?
Apakah itu tanda jiwa gelora?
Ibu,
Saat ini
juga aku rasakan cinta yang ditatang semakin hilang,
Apakah itu
tanda kepada sebuah kehilangan?
Apakah itu bermulanya kesedihan?
Ibu,
Betapa
benar katamu dahulu,
Tiada yang lebih kekal selain cinta yang
teragung,
Mutlak milik sang pencipta,
Ibu,
Betapa aku
telah melupakan cinta yang terhampir,
Cinta selepas cinta
illahi,
Cinta yang ada di depan mata,
Ibu,
Engkaulah
cinta hatiku,
Aku sedar, betapa aku begitu jauh berjalan
mencari erti cinta,
Sedangkan ia hanya di depan mata,
Ibu,
Maafkan
aku atas kepincanganku,
Kini aku mengerti kasihmu,
Bisu dengan
kata-kata tapi ia seluas samudera,
Ibu,
Semoga engkau diberi
kudrat yang berpanjangan,
Meneruskan kehidupan bersama kami semua,
Doaku
semoga engkau sentiasa dirahmati Tuhan.
Amin....
Pengorbanan Seorang Ibu Kepada Anaknya
Pengorbanan Ibu selama Gempa Jepang. Setelah Gempa telah mereda, ketika para penyelamat mencapai reruntuhan rumah seorang wanita muda, mereka melihat mayat-nya melalui celah-celah. Tapi wanita tersebut berpose begitu aneh, dia berlutut seperti seseorang yang menyembah, tubuhnya condong ke depan, dan dua tangan yang mendukung oleh suatu benda. Rumah roboh telah menimpa punggung dan kepalanya.
Dengan begitu banyak kesulitan, pemimpin tim penyelamat meletakkan tangannya melalui celah sempit di dinding untuk mencapai tubuh wanita itu. Dia berharap bahwa wanita ini bisa jadi masih hidup. Namun, tubuh dingin dan kaku menandakan bahwa wanita tersebut pasti telah meninggal.Pemimpin tim dan seluruh anggota tim lalu meninggalkan rumah ini dan akan mencari gedung yang runtuh berikutnya. Namun karena alasan tertentu, pemimpin tim terdorong untuk kembali ke rumah hancur dari wanita tadi. Pemimpin tim ini lalu berlutut lagi dan menggunakan kepalanya melalui celah-celah sempit untuk mencari sedikit ruang di bawah mayat wanita tersebut. Tiba-tiba, ia berteriak dengan gembira, "Anak kecil! Ada anak kecil!"
Lalu seluruh tim bekerja bersama-sama, dengan hati-hati mereka menyingkirkan tumpukan benda hancur di sekitar wanita yang sudah meninggal. Ada seorang anak kecil berusia 3 bulan terbungkus selimut bunga-bunga di bawah mayat ibunya. Jelas, wanita itu telah membuat pengorbanan untuk menyelamatkan anaknya. Ketika rumahnya jatuh, ia menggunakan tubuhnya untuk membuat penutup untuk melindungi anaknya. Anak itu masih tidur pulas ketika pemimpin tim mengangkatnya.
Para dokter datang cepat untuk mengevakuasi anak kecil itu. Setelah ia membuka selimut, ia melihat sebuah ponsel di dalam selimut. Ada pesan teks pada layar. Dikatakan, "Jika kamu dapat bertahan hidup, kamu harus ingat bahwa aku mencintaimu."
Ponsel ini berkeliling dari satu tangan ke tangan yang lain pada tim itu. Setiap tubuh yang membaca pesan tersebut menangis. "Jika kamu dapat bertahan hidup, kamu harus ingat bahwa aku mencintaimu." Itu artinya cinta seorang ibu untuk anaknya!
Kepada Seorang Ayah aku berbahagia :)
Kubayangkan butir air
mata memenuhi pelupuk matamu saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu
Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.
Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu
Jumat, 23 Maret 2012
Sikap Kepahlawanan
Pernahkah kita mendengar nama Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dhien, Kapitan Pattimura dan Teuku Umar adalah para pahlawan bangsa. Mereka adalah orang-orang yang mempelopori perjuangan rakyat membela bangsa dan mengusir penjajah.
Mereka disebut pahlawan karena telah berjasa kepada bangsa. Bangsa kita terkenal sebagai bangsa pejuang. Dahulu nenek moyang kita berjuang dengan segenap kemampuan mengusir penjajah. Meskipun dengan senjata seadanya seperti pedang, golok, keris, panah dan bambu runcing, mereka tidak takut. Mungkin tanpa jasa mereka bangsa kita sampai sekarang masih dijajah.
Pada bab ini kita akan mempelajari tentang ciri-ciri sikap kepahlawanan dan patriotisme. Setelah mempelajari bab ini, diharapkan kita dapat memiliki sikap positif terhadap pahlawan, yakni:
1. Meneladani sikap kepahlawanan dan patriotisme para pahlawan dan tokoh-tokoh di lingkungan kita.
2. Menghargai jasa dan perjuangan para pahlawan dan tokoh-tokoh di lingkungan kita.
Sikap Kepahlawanan
1. Ciri-Ciri Sikap Kepahlawanan
Apakah yang dimaksud dengan sikap kepahlawanan? Kepahlawanan berasal dari kata pahlawan. Pahlawan merupakan orang yang memiliki keberanian dan pengorbanan yang besar dalam berjuang mencapai suatu cita-cita. Berani dan rela berkorban merupakan sikap utama yang dimiliki oleh seorang pahlawan. Dari pengertian pahlawan ini dapat kita simpulkan bahwa sikap kepahlawanan merupakan sikap yang menunjukkan keberanian dan pengorbanan yang tinggi dalam berjuang mencapai suatu hal. Selain berani dan rela berkorban ada ciri-ciri lain dari sikap kepahlawanan. Apa saja ciri-ciri lain tersebut? Marilah kita simak salah satu riwayat perjuangan tokoh pahlawan berikut. Dari riwayat ini kita akan menemukan beberapa ciri-ciri dari sikap kepahlawanan.
Kapitan Pattimura
Setelah menyimak kisah perjuangan Kapitan Pattimura di atas kita dapat menemukan beberapa ciri-ciri dari sikap kepahlawanan yang telah dicontohkan oleh Kapitan Pattimura, yakni:
a. Berani
Dalam riwayat di atas tergambar jelas keberanian dari Kapitan Pattimura melawan penjajah Belanda. Dalam setiap usaha dan perjuangan kita harus berani menghadapi segala tantangan dan rintangan. Seorang pejuang bukanlah seorang yang penakut. Karena kita memperjuangkan kebenaran dan kebaikan, kita tidak boleh takut.
b. Tangguh
Tangguh artinya berjuang tanpa henti, tidak mudah goyah atau tidak mudah terpengaruh. Seorang pejuang akan terus berjuang sebelum cita-citanya tercapai. Agar memiliki ketangguhan kita harus memiliki rasa percaya diri, sabar dan teguh pendirian. Kapitan Pattimura merupakan seorang yang tangguh. Ini terlihat dari sikap Kapitan Pattimura yang tidak mau dibujuk untuk bekerja sama dengan Belanda.
c. Bersemangat untuk maju
Setiap orang mempunyai keinginan untuk hidup lebih baik. Keinginan tersebut harus diikuti dengan semangat dan usaha yang sungguh-sungguh. Tanpa semangat dan kesungguhan, maka apa yang diinginkan tidak akan tercapai.
d. Ikhlas
Seorang pahlawan sejati akan berjuang dengan ikhlas tanpa pamrih. Ikhlas artinya tidak mengharapkan imbalan. Suatu kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas maka akan mendatangkan hasil yang baik pula. Namun sebaliknya suatu kebaikan yang dilandasi dengan pamrih tertentu, justru bisa mendatangkan suatu keburukan.
e. Rela berkorban
Dalam setiap perjuangan selalu membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan ini bisa berupa pikiran, waktu, tenaga, harta, bahkan nyawa. Sikap rela berkorban telah ditunjukkan oleh Kapitan Pattimura. Ia rela dihukum gantung oleh Belanda demi memperjuangkan cita-cita rakyat Maluku.
Mereka disebut pahlawan karena telah berjasa kepada bangsa. Bangsa kita terkenal sebagai bangsa pejuang. Dahulu nenek moyang kita berjuang dengan segenap kemampuan mengusir penjajah. Meskipun dengan senjata seadanya seperti pedang, golok, keris, panah dan bambu runcing, mereka tidak takut. Mungkin tanpa jasa mereka bangsa kita sampai sekarang masih dijajah.
Pada bab ini kita akan mempelajari tentang ciri-ciri sikap kepahlawanan dan patriotisme. Setelah mempelajari bab ini, diharapkan kita dapat memiliki sikap positif terhadap pahlawan, yakni:
1. Meneladani sikap kepahlawanan dan patriotisme para pahlawan dan tokoh-tokoh di lingkungan kita.
2. Menghargai jasa dan perjuangan para pahlawan dan tokoh-tokoh di lingkungan kita.
Sikap Kepahlawanan
1. Ciri-Ciri Sikap Kepahlawanan
Apakah yang dimaksud dengan sikap kepahlawanan? Kepahlawanan berasal dari kata pahlawan. Pahlawan merupakan orang yang memiliki keberanian dan pengorbanan yang besar dalam berjuang mencapai suatu cita-cita. Berani dan rela berkorban merupakan sikap utama yang dimiliki oleh seorang pahlawan. Dari pengertian pahlawan ini dapat kita simpulkan bahwa sikap kepahlawanan merupakan sikap yang menunjukkan keberanian dan pengorbanan yang tinggi dalam berjuang mencapai suatu hal. Selain berani dan rela berkorban ada ciri-ciri lain dari sikap kepahlawanan. Apa saja ciri-ciri lain tersebut? Marilah kita simak salah satu riwayat perjuangan tokoh pahlawan berikut. Dari riwayat ini kita akan menemukan beberapa ciri-ciri dari sikap kepahlawanan.
Kapitan Pattimura
Setelah menyimak kisah perjuangan Kapitan Pattimura di atas kita dapat menemukan beberapa ciri-ciri dari sikap kepahlawanan yang telah dicontohkan oleh Kapitan Pattimura, yakni:
a. Berani
Dalam riwayat di atas tergambar jelas keberanian dari Kapitan Pattimura melawan penjajah Belanda. Dalam setiap usaha dan perjuangan kita harus berani menghadapi segala tantangan dan rintangan. Seorang pejuang bukanlah seorang yang penakut. Karena kita memperjuangkan kebenaran dan kebaikan, kita tidak boleh takut.
b. Tangguh
Tangguh artinya berjuang tanpa henti, tidak mudah goyah atau tidak mudah terpengaruh. Seorang pejuang akan terus berjuang sebelum cita-citanya tercapai. Agar memiliki ketangguhan kita harus memiliki rasa percaya diri, sabar dan teguh pendirian. Kapitan Pattimura merupakan seorang yang tangguh. Ini terlihat dari sikap Kapitan Pattimura yang tidak mau dibujuk untuk bekerja sama dengan Belanda.
c. Bersemangat untuk maju
Setiap orang mempunyai keinginan untuk hidup lebih baik. Keinginan tersebut harus diikuti dengan semangat dan usaha yang sungguh-sungguh. Tanpa semangat dan kesungguhan, maka apa yang diinginkan tidak akan tercapai.
d. Ikhlas
Seorang pahlawan sejati akan berjuang dengan ikhlas tanpa pamrih. Ikhlas artinya tidak mengharapkan imbalan. Suatu kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas maka akan mendatangkan hasil yang baik pula. Namun sebaliknya suatu kebaikan yang dilandasi dengan pamrih tertentu, justru bisa mendatangkan suatu keburukan.
e. Rela berkorban
Dalam setiap perjuangan selalu membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan ini bisa berupa pikiran, waktu, tenaga, harta, bahkan nyawa. Sikap rela berkorban telah ditunjukkan oleh Kapitan Pattimura. Ia rela dihukum gantung oleh Belanda demi memperjuangkan cita-cita rakyat Maluku.
Langganan:
Postingan (Atom)